Rabu, 03 November 2010

ARSIP NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH BAGI MASYARAKAT GUNA PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

Oleh: Jatmiko

A. Pendahuluan
Sejarah merupakan sesuatu yang memiliki nilai berharga bagi sebuah bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai sejarah karena sejarah mampu memberikan pembelajaran. Sejarah sebagai saksi atau bukti perjalanan dari sebuah bangsa tidak hanya menyuguhkan kenangan, tetapi juga sebagai sebuah pedoman hidup untuk masa kini dan masa yang akan datang.
Begitulah arti penting sejarah. Namun, apakah masyarakat saat ini sudah menghargai sejarah? Atau paling tidak mengenal sejarah negara sendiri, yaitu Indonesia?
Kebanyakan, masyarakat saat ini kurang memahami atau mengenal sejarah. Beberapa kendala dapat menjadi penyebabnya, antara lain kurangnya sumber data, media informasi, atau bahkan faktor dari dalam diri manusia itu sendiri. Faktor dari dalam diri maksudnya, yaitu kemauan seseorang untuk mempelajari ataupun mengenal sejarah. Faktor ini memiliki pengaruh yang sangat besar karena untuk mengawali sebuah kegiatan pastilah tergantung pada niatnya.
Guna mengatasi permasalahan tersebut maka pembelajaran sejarah dapat dilakukan dengan kegiatan yang dinilai lebih menarik dan menyenangkan. Kegiatan itu, misalnya, proses pembelajaran dilakukan seperti layaknya sebagai sebuah wisata. Disinyalir bahwa sebuah pembelajaran yang menyenangkan akan lebih mengena dan dipahami daripada membaca buku diktat yang tebal dan memiliki jumlah halaman yang banyak, misalnya, belajar arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Seperti yang disebutkan oleh Riyadi bahwa menghargai sejarah maka yang pertama harus dilakukan adalah menghargai arsip.
Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan sebuah solusi pembelajaran sejarah bagi masyarakat melalui karya tulis dengan judul “Arsip Nasional sebagai Salah Satu Media Pembelajaran Sejarah bagi Masyarakat Guna Pembangunan Karakter Bangsa”.

B. Kajian Teori
Karakter menurut W.J.S. Poerwadarminta (1984: 445) adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Jadi, secara singkat karakter bangsa adalah sifat atau karakter yang dimiliki oleh suatu bangsa.
Sejarah menurut Dudung Abdurahman (2007: 13) diartikan sebagai kisah atau peristiwa masa lampau umat manusia. Dari pengertian tersebut secara jelas disebutkan bahwa sejarah berhubungan dengan segala sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta (1984: 887), sejarah merupakan kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau. Jadi, berdasarkan pendapat di atas, sejarah adalah peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampu dan sebagai bahan pembelajaran untuk kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Sedangkan media, menurut Romiszowski dalam Basuki Wibawa (2001: 12) diartikan sebagai pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Berpijak dari pendapat tersebut, media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan di dalam suatu pembelajaran. Media pembelajaran ada bermacam-macam, misalnya, film, kaset, dvd, dan bahkan arsip pun termasuk sebagai media pembelajaran.
Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan arsip adalah (a) naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga Negara dan badan-badan pemerintahan dalam bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan, (b) naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh badan-badan swasta dan/ perorangan, dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.

C. Pembahasan
Ketidakpedulian masyarakat terhadap sejarah bangsa harus segera diatasi mengingat arti pentingnya bagi kelangsungan hidup bangsa itu sendiri. Seperti yang disebutkan oleh Wang Gungwu dalam T. Ibrahim Alfian (1985: 3) bahwa sejarah memiliki beberapa kegunaan, yaitu (1) untuk melestarikan identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu guna kelangsungan hidup, (2) untuk mengambil pelajaran dan teladan dari contoh-contoh di masa lalu sehingga memberikan asas manfaat secara lebih khusus demi kelangsungan hidup, (3) sebagai sarana pemahaman mengenai makna hidup dan mati.
Penjelasan Wang Gungwu di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa memang sejarah tidak boleh dilupakan. Sejarah yang telah dilalui tidak hanya berhubungan dengan cerita saja, tetapi sejarah suatu bangsa pastilah diiringi dengan adanya dokumen-dokumen penting, misalnya, naskah proklamasi yang asli. Dokumen penting yang dijadikan sebagai bukti sejarah harus diorganisasikan oleh suatu lembaga yang di Indonesia disebut dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Arsip dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta diartikan sebagai simpanan surat-surat penting. Penyimpanan arsip bukanlah tanpa tujuan, melainkan ada tujuan yang memang hendak dicapai terutama guna pembangunan karakter sebuah bangsa. Seperti kita ketahui bahwa karakter bangsa Indonesia saat ini sangat buruk dan hal ini bukan rahasia umum lagi. Kerusakan karakter ini dapat dibuktikan dengan adanya kasus korupsi yang merajalela, pejabat yang bisa dibeli, rasa persatuan berkurang, dan banyaknya konflik antarbangsa Indonesia akhir-akhir ini. Pembangunan karakter dinilai menjadi kunci utama untuk menyongsong kehidupan Indonesia dengan keadaan karakter yang lebih baik. Pembangunan karakter ini salah satunya dapat dilakukan dengan mempelajari arsip-arsip yang merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Seperti disebutkan oleh Riyadi bahwa dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara arsip menjadi semakin penting karena arsip sangat terkait dengan perjalanan sejarah bangsa yang akan dipahami oleh masyarakat Indonesia. Lebih lanjut, Riyadi menyebutkan bahwa arsip merupakan sumber informasi yang dinilai akurat sehingga dapat dijadikan bukti otentik.
Usaha penyimpanan arsip ini pun telah dilakukan sejak lama, seperti disebutkan oleh Kuntowijoyo (1994: 20) bahwa dalam decade 70-an, ada usaha untuk menyelenggarakan suatu program sejarah lisan yang dikelola oleh Arsip Nasional bekerjasama dengan para sejarawan dan perguruan tinggi.
Riyadi menyebutkan tentang arti pentingnya arsip menyangkut kandungan potensi informasi yang dapat disimpan, antara lain, yaitu (a) pengakuan memori kolektif melalui arsip, (b) arsip sebagai alat pengungkap behind the fact, dan (c) arsip sebagai kajian studi.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut, dengan jelas kita mampu memahami dan mengetahui bahwa begitu pentingnya arsip bagi kehidupan sebagai bagian dari sejarah bangsa dan merupakan bukti otentik. Arsip bukanlah kertas-kertas yang usang. Namun, di balik itu semua ada pelajaran yang sangat penting dan berharga terutama untuk membangun karakter bangsa.
Seperti kita ketahui bahwa bangsa yang hebat adalah bangsa yang mampu menghargai sejarahnya. Penghargaan ini dapat diwujudkan dengan mempelajari salah satu bagian dari sejarah, yaitu arsip. Di dalam pembentukan karakter, arsip mempunyai andil yang sangat besar. Misalnya, dengan mempelajari arsip tersebut, masyarakat akan mengetahui bagaimana kerasnya perjuangan zaman dahulu, yaitu sebelum Indonesia merdeka. Hal ini sangat diperlukan untuk membangun karakter bangsa saat ini. Seperti kita ketahui bahwa bangsa Indonesia saat ini dinilai malas, sering menggunakan jalan instan untuk memperoleh sesuatu tanpa usaha yang berarti. Di kalangan pemerintahan pun banyak terjadi kasus korupsi. Korupsi merupakan salah satu bukti jalan instan untuk mendapatkan uang (kekayaan).
Pembelajaran sejarah melalui media arsip atau pun kunjungan ke ANRI dinilai akan mampu membentuk karakter bangsa yang lebih baik daripada hanya membaca buku-buku diktat yang banyak dan tebal. Praktik dinilai lebih mudah diserap oleh otak daripada teori-teori yang banyak, tetapi kurang praktik. Semoga dengan adanya ANRI, masyarakat Indonesia mulai berminat untuk mengenal dan mempelajari sejarah perjalanan bangsa yang dapat dimulai dengan mempelajari arsip sebagai bagian utama dari sejarah bangsa.

D. Penutup
Mengingat arti pentingnya sejarah bagi kehidupan maka sudah seharusnya sebagai bangsa Indonesia kita mempelajari dan memahaminya. Sejarah sebagai guru akan memberikan pelajaran-pelajaran yang berharga bagi keberlangsungan hidup bangsa ini.
Belajar sejarah dapat dimulai dari mempelajari arsip karena arsip merupakan bagian utama dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Mempelajari arsip secara saksama mampu digunakan sebagai upaya untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang memang saat ini mulai terpuruk. Melalui media arsip, diharapkan masyarakat Indonesia mampu belajar dari sifat perjuangan pada zaman dahulu karena arsip tidak hanya berhubungan dengan surat, tetapi arsip juga mencakup film dan barang-barang ataupun benda.
Semoga setelah mempelajari arsip-arsip dan mengetahui betapa kerasnya perjuangan pada zaman dahulu, masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya sebuah perjuangan. Hal ini sangat diperlukan supaya kehidupan yang dipilih oleh bangsa ini bukanlah kehidupan yang instan, tetapi diperlukan sebuah perjuangan yang keras untuk mencapai tujuan dan cita-cita.

E. Daftar Pustaka
Basuki Wibawa, Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana.
Dudung Abdurahman. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Pt. Tiara Wacana.
Riyadi. ___. Peran Arsip dalam Arus Keterbukaan Informasi Publik. Diakses dalam http://menik.student.fkip.uns.ac.id/2009/12/16/peran-arsip-dalam-arus-keterbukaan-informasi-publik/, tanggal 16 Oktober 2010.
T. Ibrahim Alfian, dkk. 1984. Bunga Rampai Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: LERES IAIN Sunan Kalijaga.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971.
W.J.S. Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.




Dikirimkan dalam Lomba Penulisan Artikel Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

Selasa, 19 Oktober 2010

Makalah Psikolinguistik

GANGGUAN BERBAHASA



Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu : Atikah Anindyarini, S.S., M.Hum.

Oleh:
Cheney Christ S. K1208004
Norma Kusmintayu K1208009
Ellysa Wahyuning C. K1208025
Helmi Rian F. K1208026
Jatmiko K1208028
Amiliya Setiya R. H. K1208063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbahasa merupakan proses mengomunikasikan bahasa tersebut. Proses berbahasa sendiri memerlukan pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat. Secara teoritis proses berbahasa dimulai dengan enkode semantik, enkode gramatika dan enkode fonologi. Enkode semantik dan enkode gramatika berlangsung dalam otak, sedangkan enkode fonologi dimulai dari otak lalu diteruskan pelaksanaannya oleh alat-alat bicara yang melibatkan sistem syaraf otak bicara. Ketiga enkode tersebut berkaitan dalam kegiatan produksi bahasa seseorang yang juga berkaitan erat dengan hubungan antara otak dan organ bicara seseorang.
Manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif. Jadi, kemampuan berbahasa terganggu. Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan berbahasa, kemudian factor-faktor tersebut akan menimbulkan gangguan berbahasa. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dijabarkan macam gangguan berbahasa yang sering dialami manusia berserta factor-faktor yang menyebakannya.

B. Rumusan masalah
Makalah ini memiliki rumusan masalah apa sajakah yang termasuk gangguan berbahasa?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam gangguan dalam berbahasa.

D. Manfaat
a. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam bidang psikolinguistik terutama yang menyangkut masalah gangguan berbahasa.
b. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah referensi dalam bidang psikolinguistik.
















II
PEMBAHASAN

Gangguan berbahasa dalam makalah ini dibagi menjadi dua bagian:
1. Faktor medis.
2. Faktor lingkungan sosial.
a) Gangguan Faktor Medis
Yang dimaksud dengan faktor medis adalah gangguan, baik akibat kelainan fungsi otak maupun akibat kelainan alat-alat bicara. Menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu: a) Gangguan berbicara, b) Ganguan berbahasa, dan c) Gangguan berpikir.
1) Gangguan Berbicara
Berbicara merupakan aktifitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh karena itu, gangguan berbicara ini dapat tiga kategori. Pertama, gangguan mekanisme berbicara yang berimplikasi pada gangguan organic. Kedua, gangguan berbicara psikogenik, dan ketiga gangguan akibat multifaktorial.
Pertama Gangguan Mekanisme Berbicara. Proses berbicara adalah suatu proses produksi ucapan (percakapan) oleh kegiatan terpadu dari pita suara, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta kerongkongan dan paru-paru. Maka gangguan berbicara berdasarkan mekanismenya ini dapat dirinci menjadi gangguan berbicara disebabkan kelainan pada paru-paru (pulmonal), pada pita suara (laringal) pada lidah (lingual), pada rongga mulut dan kerongkongan (resonantal).



• Gangguan akibar faktor pulmonal.
Gangguan ini dialami oleh para penderita paru-paru. Para penderita penyakit paru-paru ini kekuatan bernafasnya sangat kurang sehingga bicaranya diwarnai oleh nada yang monoton, volume suara kecil, dan terputus-putus.
• Gangguan Akibat Faktor Laringal.
Gangguan pada pita suara sehingga suara menjadi serak atau hilang sama sekali.
• Gangguan Akibat Faktor Lingual.
Lidah yang terluka akan terasa perih jika di gerakan. Untuk mencegah timbulnya rasa pedih aktifitas lidah di kurangi. Dalam keadaan ini maka pengucapan sejumlah fonem menjadi tidak sempurna.
• Gangguan akibat factor resonansi
Menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau. Hal ini terjadi juga pada orang yang mengalami kelumpuhan pada langit-langit lunak (velum), rongga langit-langit itu tidak memberikan resonansi yang seharusnya, sehingga suaranya menjadi bersengau.
Kedua, Gangguan Berbicara Psikogenik. Gangguan ini sebenarnya tidak bisa disebut sebagai gangguan berbicara. Mungkin lebih tepatnya disebut sebagai variasi cara berbicara yang normal, tetapi merupakan ungkapan dari gangguan di bidang mental. Modalitas mental yang tertangkap oleh cara berbicara sebagian besar ditentukan oleh nada, intonasi, dan intensitas suara, lafal, dan pilihan kata. Ujaran yang berirama lancar atau tersendat-sendat dapat juga mencerminkan sikap mental si pembicara. Gangguan ini antara lain:
1. Berbicara manja
Disebut berbicara manja karena cara bicaranya seperti anak kecil. Jadi ada kesan anak (orang) yang melakukannya meminta perhatian untuk dimanja. Umpamanya, anak-anak yang baru terjatuh, terluka, atau mendapat kecelakaan, terdengar adanya perubahan pada cara berbicaranya. Fonem bunyi [s] dilafalkan menjadi [c] sehingga kalimat ”Saya sakit, jadi tidak mau minum susu atau makan” akan diucapkan menjadi ”Caya cakit, tidak mau minum cucu atau makan”. Dengan berbicara demikian dia mengungkapkan keinginan untuk dimanja. Gejala seperti ini kita dapati juga pada orangtua pikun atau jompo (biasanya wanita).
2. Berbicara kemayu
Berbicara kemayu berkaitan dengan perangai kewanitaan yang berlebihan. Jika seorang pria bersifat atau bertingkah laku kemayu jelas sekali gambaran yang dimaksudkan oleh istilah tersebut. Berbicara kemayu dicirikan oleh gerak bibir dan lidah yang menonjol atau lemah gemulai. Meskipun berbicara seperti ini bukan suatu gangguan ekspresi bahasa, tetapi dapat dipandang sebagai sindrom fonologik yang mengungkapkan gangguan identitas kelamin terutama yang dilanda adalah kaum pria.
3. Berbicara gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan. Apa yang menyebabkan terjadinya gagap ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi hal-hal berikut dianggap mempunyai peranan penting penyebab terjadinya gagap diantaranya:
a. Faktor stres dalam kehidupan berkeluarga
b. Pendidikan anak yang dilakukan secara keras dan ketat, dengan membentak-bentak; serta tidak mengizinkan anak berargumentasi dan membantah.
c. Adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan.
d. Faktor neurotik famial.
4. Berbicara latah
Latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo, atau menirukan apa yang dikatakan orang lain; tetapi sebenarnya latah adalah suatu sindrom yang terdiri atas curah verbal repetitif yang bersifat jorok (koprolalla) dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing. Koprolalla pada latah ini berorientasi pada alat kelamin laki-laki. Yang sering dihinggapi penyakit latah ini adalah orang perempuan berumur 40 tahun ke atas. Awal mula timbulnya latah ini, menurut mereka yang terserang latah, adalah ketika bermimpi melihat banyak sekali penis lelaki yang sebesar dan sepanjang belut. Latah ini punya korelasi dengan kepribadian histeris. Kelatahan ini merupakan ”excuse” atau alasan untuk dapat berbicara dan bertingkahlaku porno, yang pada hakikatnya berimplikasi invitasi seksual.
Ketiga, Gangguan Akibat Multifaktorial. Gangguan timbul antara lain:
1. Berbicara serampangan
Adalah berbicara dengan cepat sekali, dengan artikulasi yang rusak, ditambah dengan mempermainkan suku kata sehingga sulit sekali dipahami. Contohnya orang yang mengucapkan “kemarin pagi saya sudah beberapa kali ke sini” dengan “ kemary sdada berali ksni”. Hal ini disebabkan oleh kerusakan serebelum atau terjadi setelah terkena kelumpuhan ringan setengah badan.
2. Berbicara propulsif
Biasanya terjadi pada penderita parkinson (kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi gemetar, kaku dan lemah). Elastisitas terganggu karena elastisitas otot lidah, wajah, dan pita suara lenyap. Akibatnya volume suara kecil, tersendat-sendat dan iramanya datar (monoton).
3. Berbicara mutis
Penderita gangguan ini tidak berbicara sama sekali. Mutisme ini sebenarnya bukan hanya tidak dapat berkomunikasi secara visual maupun isyarat, seperti dengan gerak-gerik dan sebagainya. Namun mutisme tidak bisa disamakan dengan orang bisu. Ada tiga perbedaan penderita kebisuan. Pertama, karena kerusakan atau kelainan alat artikulasi namun alat dengarnya normal. Kedua, karena kerusakan alat artikulasi dan alat dengarnya. Ketiga, karena kerusakan alat dengarnya, namun alat artikulasinya normal.

2) Gangguan Berbahasa
Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Anak-anak yang lahir dengan alat artikulasi dan auditori yang normal akan dapat mendengar kata-kata melalui telinganya dengan baik dan juga akan dapat menirukan kata-kata itu.
Untuk dapat berbahasa diperlukan kemampuan mengeluarkan kata-kata. Ini berarti, daerah Broca (gudang tempat menyimpan sandi ekspresi kata-kata dalam otak) harus berfungsi dengan baik. Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan terjadinya gangguan bahasa yang disebut afasia. Berikut adalah jenis-jenis afasia.
1. Afasia motorik kortikal
Adalah hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan perkataan. Penderitanya masih mengerti bahasa lisan dan tulisan, namun ekspresi verbal tidak bisa sama sekali.
2. Afasia motorik subkortal
Terjadi karena kerusakan bagian bawah Broca. Penderitanya tidak dapat mengeluarkan isi pikirannya dengan menggunakan perkataan, tetapi masih bisa berekspresi verbal dengan membeo.
3. Afasia motorik transkortikal
Terjadi karena hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa terganggu. Penderitanya dapat mengutarakan perkataan, namun hanya singkat dengan perkataan subtitusinya.
4. Afasia sensorik
Kerusakan karenanya dapat menyebabkan bukan saja pengertian dari apa yang didengar terganggu, tetapi juga pengertian dari apa yang dilihat ikut terganggu.

3) Gangguan Berfikir
Ganguan ekspresi verbal sebagai akibat dari gangguan pikiran dapat berupa :
 Pikun, yaitu suatu penurunan daya ingat dan daya pikir lainnya yang dari hari ke hari semakin buruk. Penyebabnya antara lain terganggunya fungsi otak dalam jumlah besar, temasuk menurunnya zat-zat kimia dalam otak, juga dapat disebabkan oleh penyakit stroke, tumor otak, depresi, dan gangguan sistematik lainnya.
 Sisofernik, yaitu gangguan berbahasa akibat gangguan berpikir.
 Depresif, orang yang tertekan jiwanya memproyeksikan penderitaannya pada gaya bahasa dan ekspresi verbalnya. Volume ekspresi verbalnya lemah lembut dan terputus-putus oleh interval yang cukup panjang.


b) Gangguan Faktor Sosial
Yang dimaksud dengan akibat faktor sosial adalah keterasingan seorang anak, secara aspek biologis seorang anak tersebut bisa berbahasa normal. Akan tetapi keterasingannya disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja (sebagai eksperimen) bisa juga karena hidup bukan dalam alam lingkungan manusia, melainkan dipelihara oleh serigala atau monyet, seperti kasus Kamala dan Mougli.
Anak yang terasing tidak sama dengan anak tuli. Anak tuli masih bisa hidup dalam masyarakat. Maka, meskipun dia terasing dari kontak bahasa, tetapi dia masih bisa berkomunikasi dengan orang di sekitaranya. Sedangkan anak terasing menjadi tidak bisa berkomunikasi dengan manusia karena dia tidak pernah mendengar suara ujaran manusia.
Jadi, anak terasing karena tidak ada orang yang mengajak dan diajak berbicara, tidak mungkin dapat berbahasa. Karena dia sama sekali terasing dari kehidupan manusia dan sosial masyarakat. Maka, sebenarnya anak terasing yang tidak punya kontak dengan manusia bukanlah lagi manusia, sebab manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Otaknya tidak berkembang sepenuhnya, tidak dapat berfungsi dalam masyarakat manusia, dan akhirnya menjadi tidak mampu menjadi manusia normal setelah beberapa tahun.
Anak terasing tidak sama dengan anak primitif, sebab orang primitif masih hidup dalam suatu masyarakat. Meskipun taraf kebudayaannya sangat rendah, tetapi tetap dalam suatu lingkungan sosial. Anak-anak mempunyai segala kemungkinan untuk menjadi manusia hanya selama masa anak-anak, selepas umur tujuh tahun anak itu tak dapat dididik untuk mempelajari kebudayaan yang lebih tinggi.



III
PENUTUP

A. Simpulan
Gangguan berbahasa dalam makalah ini dibagi menjadi dua bagian:
1. Faktor medis.
Yang dimaksud dengan faktor medis adalah gangguan, baik akibat kelainan fungsi otak maupun akibat kelainan alat-alat bicara. Menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu:
a) Gangguan berbicara
Gangguan berbicara ini dapat tiga kategori.
i) Gangguan mekanisme berbicara
- Gangguan akibar faktor pulmonal.
- Gangguan Akibat Faktor Laringal.
- Gangguan Akibat Faktor Lingual.
- Gangguan akibat factor resonansi
ii) Gangguan berbicara psikogenik, antara lain:
- Berbicara manja
- Berbicara kemayu
- Berbicara gagap
- Berbicara latah
iii) Gangguan akibat multifaktorial. Gangguan yang timbul antara lain:
- Berbicara serampangan
- Berbicara propulsive
- Berbicara mutis



b) Ganguan berbahasa.
Kerusakan pada daerah Broca dan sekitarnya menyebabkan terjadinya gangguan bahasa yang disebut afasia. Berikut adalah jenis-jenis afasia.
- Afasia motorik kortikal
- Afasia motorik subkortal
- Afasia motorik transkortikal
- Afasia sensorik
c) Gangguan berpikir.
Ganguan ekspresi verbal sebagai akibat dari gangguan pikiran dapat berupa :
- Pikun
- Sisofernik
- Depresif,
2. Faktor lingkungan sosial
Adalah keterasingan seorang anak, secara aspek biologis seorang anak tersebut bisa berbahasa normal. Akan tetapi keterasingannya disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja (sebagai eksperimen) bisa juga karena hidup bukan dalam alam lingkungan manusia, melainkan dipelihara oleh sesuatu yang lain.
Anak terasing karena tidak ada orang yang mengajak dan diajak berbicara, tidak mungkin dapat berbahasa. Karena dia sama sekali terasing dari kehidupan manusia dan sosial masyarakat. Maka, sebenarnya anak terasing yang tidak punya kontak dengan manusia bukanlah lagi manusia, sebab manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Otaknya tidak berkembang sepenuhnya, tidak dapat berfungsi dalam masyarakat manusia, dan akhirnya menjadi tidak mampu menjadi manusia normal setelah beberapa tahun.

























DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, 2009, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta; PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Abdurrachman dkk. 2009. Gangguan Berbahasa.Diakses dalam http://humbud.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=349:gangguan-berbahasa&catid=117:psycholinguistik&Itemid=105 tanggal 04 Oktober 2010 pukul 20.15.

Minggu, 25 Juli 2010

2 Hari Pertama untuk Selamanya

(30 Mei 2010) Cuaca panas terasa menyengat ketika kaki ini menginjak sebuah tanah lapang nan jauh di sana. Ya, Polonia International Airport. Sebuah bandara yang dimiliki oleh kota Medan. Saya pun tercengang seketika.
“Wah, domestic arrival’nya jauh banget,” pikirku dalam hati.
Tak ada pilihan lain, aku pun memutuskan untuk jalan bersama seorang ibu yang entah siapa aku tak kenal. Yang pasti ibu itu tak jauh berbeda dengan aku. Mencari sebuah terminal yang dijuluki “Terminal Kedatangan Dalam Negeri”. Sepuluh menit berlalu, akhirnya aku menemukannya dan segera beranjak untuk bagasiku. Tas yang kubawa pun kutemukan. Segera aku keluar dari pintu bandara dan mengambil sebuah handphone dari sakuku yang telah mati selama dua jam.
Segera kuketik sebuah short message service ke sebuah nomor yang orangnya pun aku belum tahu.
“Mas, aku sudah sampai bandara,” tulisku dalam sms.
Tak selang lama, balasan pun aku terima.
“Tunggu bentar ya, masih perjalanan,” balasnya.
Badan pun sudah bercucuran keringat menahan tas punggung yang berat dan kondisi yang panas. Cukup lama saya menunggu di lobi. Namun, ada sesuatu yang menarik ketika menunggu. Kubuktikan ucapan temanku sebelum melalang buana ini. Ternyata memang benar ucapannya. Orang Medan suaranya keras, seperti orang marah kalau berbicara. Namun, tak terlalu kuhiraukan hal itu. Suara keras bukanlah suatu hal menakutkan, yang terpenting hati mereka baik. Mungkin suara keras itu menunjukkan sebuah keberanian dan kejujuran orang-orang Medan yang ternyata sangat heterogen ini.
Setelah beberapa menit saya menunggu, akhirnya seorang sahabat yang belum aku kenal wajahnya pun muncul. Sebelumnya aku hanya mengetahui nomor handphone dan namanya saja.
”Aku pakai sweater garis-garis dan celana pendek di depan ATM,” tulisnya di dalam sebuah pesan singkat.
Aku segera beranjak mencari letak ATM sembari membawa dua tas yang lumayan berat, entah apa saja yang bersembunyi di dalamnya. Tak berapa lama aku menemukan kawan baruku itu.
Kami pun segera melanjutkan perjalanan, sambil mengelilingi Medan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Ternyata Medan lebih ramai dari kota asalku. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan cuaca di sana panas. Mungkin karena dekat dengan khatulistiwa atau memang karena kotanya yang padat dan ramai. Entahlah.

Perjalanan lumayan lama. Tapi tak apalah, sambil melihat kiri kanan jalan dan kutemukan sebuah tulisan ”Waspada”, salah satu nama koran terkemuka di Medan.
Akhirnya kami pun memasuki sebuah pelataran kampus Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU). Sambutan hangat dan ramah seketika muncul ketika memasuki sebuah sekre yang didindingnya tertempel tulisan ”Teropong”.

Langsung kami berkenalan.
”Wia,” ujar salah satu awak Teropong.
Ternyata saya merupakan peserta yang datang dengan urutan ketiga, setelah sebelumnya ada kawan dari Palembang dan Riau. Kami langsung bercengkerama dan bercerita mengenai apa saja, mulai dari perjalanan sampai keadaan kampus.

Matahari mulai menyembunyikan sinarnya ketika sudah memasuki pukul 18.00 WIB. Namun, pukul 18.00 WIB di sana belum memasuki waktu Maghrib. Hal ini sangat berbeda dengan daerahku.
”Disini Maghribnya 18.30,” ujar salah seorang kawan baru.
Malam pertama di Medan menjadi malam yang tak terlupakan. Inilah kali pertama saya naik sebuah kendaraan yang mungkin menjadi salah satu ciri khas kota Medan, yaitu bentor. Sebenarnya aku pernah mendengar tentang bentor dari seorang sahabat yang sekarang berdomisili di Gorontalo. Sebuah alat transportasi layaknya becak, namun tidak dikayuh oleh manusia melainkan motor.
Di depan kampus yang memberlakukan jam malam itu pun tawar-menawar ongkos terjadi. Tak berapa lama setelah tawar menawar, akhirnya si abang bentor pun setuju. Meluncurlah kami ke sebuah tempat di dekat lapangan Merdeka untuk mengisi perut yang telah protes karena kelaparan.
”Sate bumbu kacang, sate bumbu padang?” tanya si penjual.
Pilihan jatuh pada sate ayam bumbu padang. Tak berapa lama tibalah pesanan itu. Dan mungkin inilah satu ciri yang menandakan makanan orang Medan, pedas. Di depan gedung yang bertuliskan "Mandiri Kantor Wilayah I Medan" itu pun makan malam berlangsung sambil berbincang menggunakan logat Medan yang menurutku terlalu cepat. Selanjutnya malam dilanjutkan dengan plesir ke sebuah gedung yang dijuluki Lonsum. Bangunan dengan arsitektur yang masih asli dari zaman dulu. Foto-foto pun tak terhindarkan di Lonsum.
Malam semakin larut, keindahan pun semakin terlihat. Kerlap-kerlip lampu di jalan, di gedung seolah menandakan bahwa kota ini tak pernah tidur selama 24 jam. Bersama Wia, Harmal, Anas, Hera kami berjalan menuju lapangan. Terdapat sebuah keunikan dilapangan itu, yaitu alat fitness gratis. Tak berapa lama kami memutuskan untuk kembali ke markas dengan berjalan kaki. Entah berapa km yang kami lalui. Tepat di samping hotel Marriot kami memutuskan berhenti dan menunggu angkot lewat. Pergantian angkot pun terjadi dua kali sampai akhirnya sampailah kami di UMSU. Ketika badan sudah terasa letih setelah melakukan perjalanan dari Jawa lanjut keliling entah dimana saja yang aku tak tahu namanya, akhirnya kuputuskan untuk beristirahat.

Hari berganti. Acara pun dimulai. Siang itu hampir sama dengan hari-hari sebelumnya, udara terasa panas. Pembukaan acara berlangsung hingga hampir pukul 17.00. Selanjutnya langsung menuju tempat yang aku perkirakan jaraknya juga jauh, mess dinas pertanian. Tempat ini bersebelahan dengan asrama haji dan bandara Polonia. Pembagian kamar pun dilaksanakan. Terlihat unik ketika nama kamar menggunakan nama marga yang sebelumnya aku tak pernah mengenal nama-nama itu. Malam pertama di mess dilalui dengan perkenalan satu sama lain hingga waktu untuk menikmati bantal, kasur, dan kamar baru pun tiba. Bersama kawan baru, John Daniel, Daniel, Ihsan kami melepas semua lelah di sebuah tempat dengan nama ”Harahap Room”.

To be continue...
Best Regard
JTM

Sabtu, 10 April 2010

Don’t like mention the reasons


Life is a place when we do everything… We can do all of everything, whether it is positive or negative activities. But as a human we can make a decision wisely, what the best for us is. Don’t forget, we must remember that nobody’s perfect in the world. We must try to be a good and clever human. Looking for the experience in everymoment, everycondition, and everywhere. Because there are accompanying lesson on them. We can study about life from them…:D

Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang sebenarnya dapat kita lakukan. Namun, terkadang kita tidak menyadari akan hal itu. Seolah-olah kita telah sibuk dengan apa yang menjadi konsen kita saat itu. Yang pada akhirnya nanti kita dapat menyesal karena tak cukup berbuat sesuatu sebelumnya. Janganlah kita menjadi lemah karena suatu rutinitas kita. Kita sering menggunakan alasan: capek, ngantuk atau apalah yang pada akhirnya akan menghambat kita untuk menjalankan aktivitas yang lain. Apalagi ketika kita tinggal jauh dari orang tua untuk menempuh (melanjutkan) pendidikan. Kita punya tanggung jawab yang besar terhadap orang tua karena mereka mati-matian dirumah untuk working hard demi memenuhi segala kebutuhan kita. Mereka tidak ingin kita yang berada di tanah perantuan ini kekurangan apapun, bahkan mereka sangat rela apabila mereka di rumah yang mengalami kekurangan asalkan kebutuhan kita di sini terpenuhi. Jadikanlah keadaan itu sebagai motivasi bagi kita untuk selalu menjadi yang terbaik diantara yang baik.

Jangan sampai keadaan tersebut kita gunakan sebagai alasan/ hambatan untuk menjadi yang terbaik. Ya, memang tak dapat dipungkiri, sebagai orang yang sudah dewasa pasti kita akan memikirkan tentang keadaan tersebut. Pasti muncul rasa kasihan terhadap orang tua. Namun, jangan sampai berlarut-larut. Ketika kita telah memutuskan suatu hal dan orang-orang dekat kita telah mendukung dan menyetujui maka kita harus menjalankan apa yang telah kita putuskan tersebut dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita membuat mereka kecewa. Tunjukan bahwa kita mampu merubah keadaan tersebut menjadi lebih baik.

Many reasons that we can mention, so try not use reasons… It’s not good for our life…
Because there are many reasons in the world…


Tidak ada salahnya ketika kita memang sangat capek dan letih, we need some rest. Karena dengan istirahat, positive energy will come back to our body so we can concentrate in our activities. Ya, tubuh manusia diibaratkan seperti mesin, yang selalu membutuhkan waktu untuk beristirahat dan memulihkan energi-energi yang hilang. Namun, jangan karena terlalu keenakan istirahat kita lupa akan tugas dan tanggung jawab kita. Karena, untuk mencapai sukses itu memerlukan kerja keras, usaha, dan pengorbanan yang tidak sedikit bahkan terkadang kita harus mampu menyingkirkan tentang hal-hal yang kita sukai terlebih dahulu. Untuk mencapai sukses tidaklah semudah membalikkan telapak tangan yang mana bisa dilakukan dalam beberapa detik saja.

Janganlah terlalu lemah dalam menjalani aktivitas kita. Thinking positively that we will take the profit on future from it. Lakukan yang terbaik ketika kita masih mampu menjalankannya. Karena pasti akan selalu ada jalan ketika kita telah mencapai pada suatu titik yang sulit bermodalkan apa yang telah kita miliki. Namun, we must remember that we’ve God. Don’t because of being busy, we forget to pray. Don’t use it for reason not to pray…!!!

So do the best of us, when we can do it. The most important we must do it seriously for all everything and we must always try to do the best. So Keep Spirit guys, don’t give up!!!

Yours sincerely,
mico

Rabu, 31 Maret 2010

Don’t be Afraid to Try if We Fail

Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya suatu “kegagalan”. Kegagalan terkadang membuat setiap orang down atau putus asa. Bahkan sering kita saksikan di media elektronik banyak orang yang stress dan mencoba suicide hanya gara-gara mengalami suatu kegagalan. Mengapa banyak orang melakukan hal-hal itu hanya karena sebuah kegagalan? Bukankah hidup ini masih sangat indah untuk kita jalani. Kita masih bisa melakukan banyak aktivitas untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

Memang semua orang tak ingin mengalami kegagalan. Namun, inilah kehidupan yang hampir mirip dengan sebuah kompetisi yang mana pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Seharusnya kita positive thinking saja dengan kegagalan itu. Mungkin itulah jalan terbaik buat kita. Bukankah dengan kegagalan kita bisa mendapatkan banyak pelajaran? Dengan kegagalan itu kita dapat belajar, kita dapat introspeksi diri mengapa kita gagal, kita dapat membenahi hal-hal yang kurang pada diri kita yang nantinya dapat meningkatkan kualitas hidup kita. We will get many experience from that so don’t be afraid if we’re getting failed. Failure makes us be strong to pass this life. Don’t give up if we get failure because failure can give us new spirit to do the best of us later.

Memang ketika kita mengalami suatu kegagalan, mungkin akan ada perasaan malu dalam diri kita. Tetapi, hilangkan rasa malu itu. Jangan hiraukan orang-orang yang mungkin mengejek kita karena orang yang mengejek kita sama dengan mereka menjelek-jelekan dirinya sendiri. Mereka mungkin menyinggung perasaan kita yang bahkan sangat menyakitkan dengan ejekan-ejekan itu, tetapi dengan perbuatan mereka yang seperti itu sama saja mereka telah melakukan suatu perbuatan tercela, sama saja mereka tak memiliki good attitude and good personality, serta tidak ada perasaan untuk menghormati semua usaha yang telah kita lakukan.

I used to get failed in my life, but I think positively from that. I think one failure isn’t the end of my life. And, now I’m getting the proof that I can enjoy with my life. Although this isn’t my real dream but I say thanks to God with all of my condition now.

Kegagalan jangan sampai menjadi bayang-bayang kelam dalam hidup kita. Anggaplah kegagalan itu sebagai sebuah pelajaran bagi kita. Jangan hanya karena kegagalan kita tak mau lagi untuk mencoba melakukan sesuatu. Dari kegagalan itu akan lebih baik jika kita mencoba dan selalu mencoba untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Jangan takut untuk mencoba hanya karena takut mengalami kegagalan berikutnya. Mencoba dan mengalami kegagalan akan lebih baik daripada kita hanya berdiam diri dan tak pernah mencoba untuk melakukan yang terbaik dari kita. Tanpa mencoba kita tak akan pernah tahu seberapa besar kemampuan yang kita miliki. Apapun hasilnya kita harus berani mencoba untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Dengan mencoba kita akan lebih banyak belajar… It’s better we try and fail than we never try in our life. Many accompanying lessons in every event and moment that we can take. So don’t be afraid to try in our life. Show off to the world that we can do the best of us. Believe in our ability/capability and our confidence.

And proud to be yourself…



Yours sincerely,
Miko.

Rabu, 17 Maret 2010

Jenis Lead

Jenis-jenis Lead/ Teras Berita
Menurut Simbolon (1997: 190-205) dalam Ermanto (2005: 76-77)  Simbolon, Parakitri T. 1997. Vademekum Wartawan: Reportase Dasar. Jakarta: Kepustakaan Gramedia.
Ada 16 jenis lead:
a. Lead Pasak, yakni lead yang menggambarkan pelatuk atau penyebab terjadinya peristiwa.
b. Lead Kontras, yakni lead yang menggambarkan kekontrasan dalam suatu peristiwa.
c. Lead pertanyaan, yakni lead yang menggunakan kalimat tanya tentang hal atau penyebab penting peristiwa.
d. Lead deskriptif, yakni lead yang menggambarkan bagian penting dari suatu peristiwa.
e. Lead Stakato, yakni lead yang menggambarkan suatu peristiwa dari sudut penglihatan tertentu, tikungan atau tempat penentuan peristiwa.
f. Lead ledakan, yakni lead yang mengemukakan hal yang mengejutkan dari suatu peristiwa.
g. Lead figuratif, yaitu lead yang menggambarkan suatu peristiwa dengan pemisalan.
h. Lead epigram, yaitu lead yang menyampaikan peristiwa dengan didahului ungkapan.
i. Lead Literer, yaitu lead yang didahului dengan cerita sastra yang dikenal masyarakat.
j. Lead parodi, yaitu lead yang menggunakan slogan atau rumusan yang diparodikan tentang peristiwa yang diberitakan.
k. Lead kutipan, yakni lead yang menggunakan kutipan penting dari narasumber.
l. Lead dialog, yakni lead yang terdiri dari dialog yang dianggap penting.
m. Lead kumulatif, yakni lead yang menyajikan peristiwa secara berurut, membawa pembaca sampai pada antiklimaks peristiwa.
n. Lead suspensi, yakni lead yang menyampaikan klimaks peristiwa tertunda sampai titik akhir.
o. Lead urutan, yaitu lead yang menyajikan suatu bagian peristiwa penting secara berurut.
p. Lead sapaan yang isinya disajikan seperti menyapa atau berbicara dengan seseorang dalam peristiwa yang diberitakan.

Sedangkan menurut Tempo (dalam Yanuar Abdullah, 1992: 38)  Abdullah, Yanuar. 1992. Dasar-dasar Kewartawanan Teori dan Praktek. Padang: Angkasa Raya. Dalam Ermanto (2005: 77).
Yakni lead ringkasan, lead yang bercerita, lead deskriptif, lead kutipan, lead pertanyaan, lead menuding langsung, lead menggoda, lead lead gabungan, dan lead nyentrik.

Sumber:
Ermanto. 2005. Wawasan Jurnalistik Praktis. Yogyakarta: Cinta Pena.

PERBEDAAN FEATURE, REPORTASE, DAN BERITA LANGSUNG
Aspek Feature Reportase Berita Langsung
Materi Data2 jawaban 5W+1H yang dikembangkan Data2 jawaban 5W+1H yang diperdalam Data2 jawaban 5W+1H yang pokok-pokok
Penyajian Santai menghibur Komunikasi formal jurnalistik Komunikasi formal jurnalistik
Bentuk Piramida feature Bentuk parallel/ ember bertapak Piramida terbalik
Pembuatan Umunya surat kabar mingguan, tabloid, majalah. Umumnya surat kabar mingguan, tabloid, majalah Umumnya surat kabar harian.
Fisik Judul, teras, tubuh lebih panjang dari berita. Judul, baris tanggal, teras, tubuh tidak terlalu panjang.
Kerja wartawan Mencari semua data2 secara detail. Mencari data2 pokok yang lengkap.
pembuatan Umumnya dalam media massa mingguan, tabloid, majalah. Umumnya dalam media massa harian.
Sumber:
Ermanto. 2005. Wawasan Jurnalistik Praktis. Yogyakarta: Cinta Pena.

Selasa, 23 Februari 2010

Kekompakan dan Kerjasama


Kita semua pasti pernah merasakan bagaimanakah rasanya berpisah dengan orang-orang yang kita sayang. Ketika kita sudah mulai merasa nyaman dengan saudara-saudara kita di tanah perantauan, namun pada akhirnya kita harus berpisah karena waktu. Ya itulah kehidupan, disaat ada pertemuan pasti ada perpisahan.

Kita dipersatukan dari latar belakang dan background yang berbeda. Namun, dengan rasa saling menghormati dan menghargai diantara kita serta tidak ada yg berusaha untuk saling menghancurkan satu sama lain maka terciptalah kerja sama dan kekompakan. Saya bersyukur karena di tanah perantauan ini saya mendapatkan keluarga kembali meskipun kita sering berselisih karena perbedaan pendapat. Namun, perbedaan pendapat itu bukanlah suatu hal untuk saling menghancurkan tetapi untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Yang terpenting dari pertemuan yg singkat ini ialah bagaimana kita menggunakan waktu tersebut untuk melakukan yang terbaik. Banyak sekali hambatan dan rintangan yang saya lalui ketika menjadi bagian dari keluarga kecil ini. Namun, saya mencoba untuk mengambil pelajaran dari rintangan-rintangan tsb.

Saya ucapkan syukur to Allah SWT karena sampai saat ini masih memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap belajar di sini. For PU, thanks atas bimbingannya selama ini yang selalu setia menemani lembur meski meski harus merelakan malam minggunya demi our small family. Buat Bundaku pimred, makasih juga buat bimbingannya selama ini. Selain sebagai pimred, bunda juga enak buat curhat. Thanks juga buat kabiro AK47 atas kerjasamanya selama ini. For seklid trims atas bantuannya dan dukungannya. And for our partner as a redaktur, thanks ya mbk atas bantuan n bimbingannya selama ini. Kita sering gila-gilaan bareng untuk membuat Begog. Semoga kebersamaan kita mampu mengukir kenangan yang indah dan berharga. And for all reporters terima kasih atas kerja kalian. U are the best, kalian mampu mengejar deadline meski harus bagi2 waktu with the other activities. Thanks juga buat Pimprus, mis-1 yg selalu setia membantu untuk menyetting. Buat bu Sekum, Pimlit thanks atas bantuan dan bimbingannya selama ini. And all crews of Motivasi thanks atas bantuannya selama ini. Tanpa kalian saya tak mampu berbuat apa-apa.

Ketika diakhir ini saya merasa lebih nyaman. Kita sering bergurau dan ketawa bareng, dengan sedikit lelucon. Terima kasih karena kalian semua telah mewarnai kehidupanku selama ini. Semoga pertemuan yang singkat ini kita mampu mengukir kenangan yang indah dan menghasilkan sesuatu yg berharga. Amin...

I'm gonna miss u all...

love,

JTM